Sabtu, 30 April 2011

Kepada Muslimah

Suratku kepada
Ukhty Muslimah Di Bumi Allah
Semoga selau dalam rahmad Nya
السلام عليكم ورحمة الله و بركاته

Kepada Allah aku memuji, kepada allah aku meminta, kepada allah aku bersujud, kepada allah pula aku tumpuhkan segala asa dalam hatiku. Mengharap ridho, maghfiroh dan rahmatNya. Ya Allah, ampuninah segala dosa dan kesalahanku, Engkau adalah tumpuhan hidup dan matiku, tunjukilah jalan yang benar kepadaku. Berilah shalawat atas nabimu Muhammad, seorang yang jujur, berbudi baik, dan berkorban untukMu demi menegakkan agamaMu. Amin.

Ukhty muslimah, izinkan aku ucapkan kata-kata. Karena aku peduli, karena aku mengerti, dan karena aku memahami. Aku ingin engkau lebih peduli, lebih mengerti, dan lebih memahami dari aku. Ucapan kataku bukanlah yang terbaik untuk dinilai, bukan terindah untuk dipandang, juga bukan yang paling berhikamah. Olehkarenanya aku meminta maaf atas segala kata yang tidak berkenan tuk singgah dihati ukhty. Aku ucapkan “ Jazakillahu Khoiron”.

Ukhty muslimah, perlunya kita memahami relita yang ada dikalangan umat secara umum dan pada wanita muslimah khususnya. Dari berbagai problematika yang mereka hadapi hampir semuanya berkaitan dengan masalah kehormatan dan kekeluargaan. Nyatanya seorang wanita akan banyak beramal jika ia telah bersuami, kerena tiap senyum di bibirnya untuk suami adalah ibadah, tiap kata-kata lembut dan sopan yang berkenan dihati suami adalah ibadah, dan segala hal yang ia lakukan untuk suami selama tidak keluar dari batasan syar’i serta diniatkan untuk mencari ridho allah adalah ibadah.
Jika telah demikian lalu bagaimana dengan sepasang suami istri yang tidak ada keselarasan hati, tentu sedikit banyak akan bertolakbelakang. Terlebih dalam masalah keyakinan (Aqidah Dan Amal). Jika telah tampak antara kebenaran dan kebatilan di depan mata kita, apakah ukhty sebagai wanita mualimah akan membenarkan kebathilan tersebut hanya ingin mendapatkan kasih suami ?, smentara Allah murka karenanya, tentu tidak. Dengan ini aku ingin mengingatkan kepada ukhty muslimah untuk lebih memperhatikan masa depan. Hidup bersama seseorang yang belum pernah ia kenal sebelumnya, belum pernah dekat, apalagi akrab.

Ukhty Muslimah, wanita yang paling ringan maharnya itulah yang lebih baik, meskipun seorang wanita sangat berhaq menentukan mahar, tiada harus terpaut dengan seorang laki-laki. Jika telah demikian, maka tak heran kalau wanita yang terlau “Menjual Mahal” dirinya, akan mengakibatkan terjadinya fitnah dan kerusakan di muka bumi yang besar. Artinya ketika datang seorang laki-laki yang ia ridhoi agama dan akhlaqnya serta dalam satu posisi seorang wanita tersebut mampu, lalu ia menolak tanpa alasan yang yang dibenarkan oleh syar’i.
Betapa indah wajah yang selalu tersenyum dengan keputusan Raabnya, betapa anggun parashati yang selalu lapang dengan suratan taqdirNya. Yakin, semua jalan yang digariskan oleh kehendak Allah adalah kebaikan dan kebaikan. Tidak menolak sedikitpun keputusan hati kecil ketika shalat istikharah telah menutunnya. Karena ia adalah wanita shalihah, mengerti apa arti kehidupan ini. Kehidupan dunia akan indah jika dihiasi dengan keluarga sakinah. Begitu dengan kehidupan akhirat yang penuh kebahagiaan dan keni’matan tiada tara bagi hamba yang telah mempersiapkan untuk menghadap Raabnya.

Simaklah kembali catatan tajribah yang  ditulis dalam sebuah majalah islami “ Ar Risalah” beberapa tahun yang lalu. Kisah saudari kita yang kurang memperhatikan masalah ini, akhibatnya beliau rasakan saat mendayuh perahu kekeluargaan  bersama sang suami pilihan ibundanya. Semoga Allah memberi pahala atas segala pengorbanannya tuk selalu menjadi seorang istri yang shalihah bagi agama dan suaminya. Amin.


Secuil Asa Membawa Derita

“Apabila daatang kepada kalian seorang laki-laki yang kalian ridhoi agama dan akhlaqnya maka nikahilah dia jika tidak maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang sangat besar” Al Hadits.
Wajah saya cantik bahkan kata orang, tidak hanya cantik tapi juga menarik. Pekerjaan sudah mapan, gaji sudah lumayan, maka saya dapat membeli apa yang saya inginkan; baju, kosmetik, kendaraan dan peralatan-peralatan yang sudah ada di tangan untuk persiapan menikah yang belum jelas kapan.

Menikah ? itulah kata yang selalu membuat saya pedih, risau dan gundah hati. Menyayat-nyayata saya setiap kali merenung kapan saya bisa menikah. Apalagi usia sudah 30 tahun. Sihingga tidak heran jika orang tua pun mulai risau, setiap kali ibu ke kamar yang ditanyakan Cuma apakah saya sudah punya calon. Sedih….. saya hanya bisa menelan ludah dan berusaha agar benung mataku tak jatuh.

Sindir-sindiran kecil juga sering saya terima baik dari tetangga, maupun dari teman-teman tempat kerja. Awalnya hanya ingin lalu saja, tapi lama-kelamaan sindiran itu menjadi belati-belati tajam menusuk dan merobek kalbu, pedih, dan perrih …
“ bener cantik, tapi nggak lakuuu…..”
“habis jual mahal sih…”
“makanya jangan ikut-ikutan ngaji macam gitu, kalau ngaji kita dilarang pacaran, kalo nggak pacaran terus kita dapat jodoh dari mana, betul nggak?”
“ betul…”
Cemoohan temen-temen saya dan ketawa mereka yang terbahak-bahak mendadak hening, sepi begitu saya masuk kantor. Dada serasa panas, dengan menahan agar bening air mata tak membuncah, dengan berdiri didepan pintu saya pandangi mereka satu persatu, semua tertunduk pura-pura sibuk. Saya langkahkan kaki kedalam ruangan dan pertahanan saya tak kokoh lagi dan rasa sedih itu bagaikan lahar yang membanjiri perasaanku dan seluruh tubuhku.

“ Ya Rabby,.. sabarkan hamba….”
Andaikan saya mau saya bisa merentengi laki-laki, mau yang cakep, yang funky, yang borju,  tinggal pilih hanya dengan modal senyuman mereka pasti takhluq. Tapi tidak,  itu jalan setan, itu hanya perbuatan iblis, saya bukan yang dulu lagi.
Dulu saya berjilbab tapi masih berjeans ria, berdandan bagai artis ibu kota dan berboncengan dengan laki-laki yang bukan muhrim. Saya belum ikut ngaji. Hingga peristiwa itu terjadi, kekasih hatiku yang saya puja-puja meninggal karena kecelakaan. Dunia bagaikan kiamat, saya terpuruk dan terampas hingga saya mau bunuh diri.
Tapi alhamdulillah, Allah masih sayang padaku, ada seorang teman baru di tempat kerjaku, namanya mbak Aisyah Putri, yang selalu mendorong, memberi kekuatan dan dengan sabar selalu menasehati saya, memberi masukan-masukan apa itu iman, islam wanita shalihah dan yang lain-lain.

Dari mbak aisyah saya mengenal taklim dan melaziminya selama beberapa tahun. Meski awalnya kikuk tapi tiga tahun saya masih bisa bertahan. Tapi kenapa saya belum bisa seperti teman-teman loqo’ ya ?,  Apalagi mbak Aisyah, tiga tahun yang lalu teman-teman itu masih bercelana kayak saya, berbagai macam model baju dan jilbab yang berbunga-bunga dipakainya. Tapi subhanallah, sebagian teman-teman liqo’ sudah mulai berubah, berjilbab lebar dan berjubah panjang, bahkan sebagian sudah bercadar. Tapi kenapa saya tidak, saya masih suka baju atas bawah, saya hanya mempunyai dua jubah itupun berbunga-bunga besar dan warnanya jreng banget. Walau saya kadang-kadang sudah pakai jubah, jilbab mini masih sering saya pakai. Tak tahulah kenapa apakah saya takut tidak cantik bila pakai jilbab besar ya ? saya sendiri tak tahu.
Hingga suatu hari murobbiyah ( pembimbing ta’lilm) saya bertanya kepada saya, apakah saya sudah siap untuk menikah. Dengan dada berdetak, bingung, takut dan  gembira bercampur aduk jadi satu, saya hanya tersenyum. Dan murobiyahku tentu faham  dengan ma’na senyum itu. Hingga saya dapat data seorang ikhwan. Sampai di rumah dengan tersenyum saya sobek amplop yang berisi data tersebut, saya baca data dan saya pandangi fotonya. Tapi saya kecewa, ikhwan itu jauh dari kriteria yang saya inginkan. Meski mbak aisayah bilang bahwa ia adalah ikhwan yang sangat bagus akhlaq dan ilmunya, tapi kenapa hati ini nggak sreg, sebaiknya istikharah saja. Sampai hari ta’aruf tiba hatiku masih bimbang, ragu, gundah dan sedih. Hari ta’aruf itu saya lewati dengan kacau balau. Akhirnya saya mengundurkan diri. Tak tahu kenapa ada sesuatu yang mengganjal di hati yang tak dapat diungkapkan.
Dua bulan kemudian saya disodori ikhwan lagi. Dengan rasa malu langsung saya buka data itu, dan seketika saya mengerutkan dahi, ikhwan itu lebih muda delapan tahun dari saya.
“ ana malu ukhty” kataku pada murobiyahku.
“ anti tahu kan rasulullah dengan bunda khatijah berapa jarak umur mereka ?” jawabnya.

Saya hanya terpekur mendengar nesehat-nasehat murabiyahku, akhirnya sayapun mengundurkan diri.
Hingga datang ultimatum dari orang tua, saya harus menikah dengan pilihan orang tua saya. Bagai dihantam batu bercadas, saya lungkai tak berkutik, lidah kelu, rahang membesi, tulang-tulang persendian bagai lepas dari tempatnya, air mataku seakan menenggelamkan diri. Saya merasa allah telah memalingkan wajahnya dari saya, tak ada pertolongan dari murobiyahku, teman-temanku dan juga mbak aisyah. Mereka semua tak bisa berbuat apa-apa karena hari pernikahanku sudah ditentukan.

Saya pergi kekamar dan saya kumpulkan semua gambar kekasih hatiku dulu, lalu saya bakar! Akhwat macam apa aku ini? Gambar ini mungking yang membuat aku futur, astaghfirullahalazdiem....
Saya benar-benar tak kuasa menolak pernikahan ini saya duduk dipelaminan penuh dengan kerusakan dan jauh dari tuntunan islam. Dipajang dengan suami dan keluarga di depan para tamu camur baur jadi satu. Mungkin ini adalah bagian dari fitnah dan kerusakan di  muka bui itu. Saya sedih
Hari-hari suram saya lalui dengan seorang suami yang tak jelas fikrohnya. Kesyirikan dan ahal-hal yang syubhat menyelubungi kehidupan saya. Walau suami saya ikut ta’lim, tapi ta’llim itu seolah-olah dianggap sampingan belaka. Karena tidak cocok dalam pemahaman dien, kami sering bertengkar. Apalagi mulai saya putuskan untuk memakai cadar, karena suami saya terlalu membanggakan kecantikan saya kepada semua orang.

Sekarang anak kami sudah dua dan sudah besar-besar. Sengaja tidak saya hadirkan cinta untuk suami karena takut terseret kepada firohnya. Yang ada hanya kasihan pada suami yang amakannya penuh bid’ah dan syubhat. Mungkin juga sudah pailit beramal.
Insyaallah saya akan tetap menajdi istri yang salihah, akan tetap taat pada perintahnya sebatas tidak melanggar syaar’i.

Wahai akhwat-akhwat di bumi allah, janganlah sekali-kali kalian menolak pinangan laki-laki yang beriman dengan alasan yang tidak syar’i, karena akan benar-benar terjadi fitnah dan kerusakan di muka bumi yang besar. Jika ada laki-laki yang beriman meminangmu dan engakau tolak dengan alasan yang tidak syar’i, maka jika datang lagi laki-laki lain yang meminangmu insyaallah akan mempunyai kadar iman/akhlaq yang lebih rendah dari yang sebelumnya. Karena ini benar saya alami dan juga dialami oleh beberapa teman saya dengan kisah yang nyaris sama.

Do’akan saya bisa menjadi istri yang sabar dan salihah sampai akhir hayat. Wallahu’alam bishowwab. (Majalah Islamy Ar Risalah No 26 Th. III Jumadits Tsani-rajab 1424 H/ Agustus 2003 M, Hal 48-49, Rubrik Tajribah)

Semoga dengan risalah ini bisa membuka hati ukhty muslimah untuk lebih meminta petunjuk kepada sang pencipta hati dan perasaan, karena dialah yang maha membolak-balikkan hati. Barokillahu ta’ala.

و السلام عليكم ورحمة الله و بركاته

Saudaramu seiman
Di ranah perjuangan

0 komentar:

Posting Komentar